Desas_Desus
Kamis, 29 November 2012
Rabu, 31 Oktober 2012
Taliban Bisa Calonkan Diri dalam Pemilihan Presiden Afghanistan
Kabul, - Jadwal pemilihan presiden (pilpres) Afghanistan telah ditetapkan. Para pemimpin Taliban dan kelompok pemberontak lainnya dinyatakan bisa mencalonkan diri dalam pilpres yang akan digelar April 2014 mendatang.
Sesuai konstitusi, Presiden Hamid Karzai yang telah menjabat selama dua periode, tak bisa lagi mencalonkan diri dalam pilpres mendatang. Saat ini, belum ada kandidat jelas untuk menggantikan Karzai.
Pilpres Afghanistan direncanakan digelar pada 5 April 2014 mendatang. Pilpres ini dipandang krusial bagi stabilitas Afghan setelah penarikan mundur pasukan NATO dari negeri itu.
Kepala Komisi Pemilihan Independen (IEC) Fazil Ahmad Manawi menegaskan, lembaganya akan bertindak adil, tanpa memihak siapapun.
"Kami bahkan siap untuk membuka jalan bagi oposisi bersenjata, apakah itu Taliban atau Hezb-i-Islami, untuk berpartisipasi dalam pemilihan, baik sebagai pemilih maupun kandidat," kata Manawi pada konferensi pers di Kabul, Afghanistan.
"Tak akan ada diskriminasi," imbuhnya seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (31/10/2012).
Hezb-i-Islami merupakan faksi pimpinan mantan perdana menteri Gulbuddin Hekmatyar, yang bersama-sama Taliban melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan Karzai yang didukung Barat.
JK Minta Pemerintah Serius Selesaikan Konflik di Lampug Selatan
Jakarta - Bentrok antarwarga yang terjadi di dua desa di Way Panji, Lampung Selatan, membuat lumpuh kawasan tersebut. Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) meminta pemerintah benar-benar serius menyelesaikan koflik tersebut.
"Tentu kita prihatin melihat itu. Ini bisa jadi masalah SARA karena ini kebetulan terjadi dengan etnis yang berbeda, sehingga pemerintah harus benar-benar menyelesaikannya. Karena ini sangat serius," kata Jusuf Kalla, Rabu (31/10/2012).
Hal ini disampaikan Kalla usai mengadakan pertemuan dengan 50 pengajar muda yang tergabung dalam program Indonesia Mengajar di kantor PMI Pusat, Jl Gatot Subroto, Jakarta Selatan.
Kalla mengatakan, kejadian ini memberikan gambaran bahwa orang langsung mengadili sesamanya tanpa melaporkannya ke pihak keamanan. "Apa yang sering terjadi katakanlah hukum rimba, artinya orang jadi mengadili sesamanya dan bertindak sendiri," katanya.
Kalla mengatakan, kepolisian harus memperbaiki citranya dengan bekerja cepat dan tegas. Menurutnya juga terjadi kabar-kabar yang kurang tepat sehingga menyulut terjadinya konflik tersebut. Kepolisian harus meningkatkan pelayanannya untuk masyarakat.
"Mengapa masyarakat langsung menindak masyarkat lainnya seperti mengira ada pelecehan, padahal di satu pihak merasa tidak, justru menolong orang yang kecelakaan sepeda motor. Tapi mengapa ini bisa berubah, ini kan justru menolong gadis yang terjatuh justru dilaporkan berbeda dan dipercaya semua orang," katanya.
Kalla mengatakan, harus ada perbaikan kehidupan bersama di kawasan Lampung Selatan. Hal ini bisa dilakukan dengan menumbuhkan lagi pola-pola hidup bersama seperti gotong-royong, koperasi dan kegiatan lainnya.
"Harus membutuhkan kehidupan kebersamaan, apakah itu gotong royong, koperasi, ekonomi bersama, ya seperti itu harus bantu sama lain," katanya.
Kalla mengatakan, PMI telah turun ke Lampung Selatan dan memberikan bantuan makanan untuk pengungsi di kawasan itu. "Kita sudah memberikan bantuan di kawasan itu," katanya.
Sabtu, 22 September 2012
BH dan RK Petinggi Kelompok Thorik
JAKARTA, KOMPAS.com - Delapan terduga teroris yang diringkus Polisi di Solo, Jawa Tengah, pada hari ini, Sabtu (22/9/2012), memiliki hubungan dengan teroris Muhammad Thorik dan Wahyu Ristanto. Dua dari delapan terduga teroris tersebut adalah petinggi aksi teror kelompok teroris yang merencanakan aksi teror untuk menyerang berbagai fasilitas milik Polri.
"BH dan RK adalah tokoh penting dari kelompok ini yang namanya (kelompok teror) belum kita dapat. BH sendiri itu yang mengajari Thorik (merakit mom)," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jendral (Pol) Boy Rafli Amar di gedung Bhayangkari Mabes Polri, Jakarta, Sabtu (22/9/2012).
Boy menambahkan, BH adalah pemimpin kelompok teror tersebut. Selain itu, berdasarkan segi usia kedua orang itu yang telah matang sebagai petinggi kelompok teroris. Keterangan yang dihimpun baik dari Thorik, Jusuf Rizaldi, maupun Arif, BH dan RK merupakan petinggi kelompok mereka.
Berdasarkan catatan Polri, dua orang itu telah malang melintang dalam pelatihan teroris di Poso. Sedangkan, tugas dari BK dan RK yang ditangkap di Solo tersebut, terangnya, adalah merekrut pelaku bom bunuh diri, membuat dan berbelanja untuk membuat bom rakitan. Sementara itu enam terduga teroris lainnya berperan dalam menyimpan dan merakit bom.
"Mereka (8 terduga teroris yang diringkus di Solo) dipastikan merupakan kelompok yang terkait bom yang ada di Beji maupun Tambora, yang ada di rumah saudara Thorik. Jadi ini mereka merupakan orang-orang yang pernah dilakukan upaya penangkapan tapi berhasil meloloskan diri saat dilakukan penggerebekan di tempat pelatihan teror di Poso, beberapa bulan lalu," tambahnya.
Boy Rafli menjelaskan, selain di Beji dan Tambora, mereka juga merencanakan aksi teror di Bojong Gede, Jawa Barat. Mereka diketahui hadir di Bojong Gede. Berdasarkan hal tersebut, kemudian dilakukan penelusuran.
Dijelaskan oleh Boy Rafli, mereka yang diringkus di Solo, Sabtu (22/9/2012) hari ini, memiliki peran yang lebih besar dari sebagian rencana aksi teror yang direncanakan Beji dan Tambora.
Untuk sementara ini, belum satupun dari kedelapan terduga teroris itu yang dibawa ke Jakarta karena masih masih diperiksa di daerah Jawa Tengah. Dia mengatakan, diperkirakan dalam dua sampai tiga hari mendatang mereka masih di Jawa Tengah untuk menuntaskan proses pemeriksaan. "Selain itu, juga masih dilakukan olah TKP (tempat kejadian perkara) untuk melakukan pencarian terhadap barang bukti yang dimiliki terduga teroris itu," pungkasnya.
Sepanjang Agustus-September, kepolisian telah menggeledah, menangkap, serta menembak mati sejumlah terduga teroris di Jakarta, Bandung, Bojong, Depok, dan Solo. Direktur Eksekutif Yayasan Prasasi Perdamaian Noor Huda Ismail mencatat, setidaknya 600 tersangka teroris telah ditangkap aparat dan mereka ini telah diproses secara hukum dengan terbuka.
Di Solo, polisi menembak mati Farhan dan Mukhsin, pada 31 Agustus 2012. Keduanya diduga bagian dari kelompok jaringan teroris besar dan berbahaya. Kelompok ini terbentuk dari jaringan kelompok pelaku bom bunuh diri di Masjid Ad-Dzikro, Cirebon, dan Gereja Bethel Injil Sepenuh, Solo.
Polisi juga menangkap satu terduga teroris, Bayu , di Desa Bulurejo, Gondangrejo, Karanganyar. Terkait insiden ledakan di Depok, polisi telah menahan Yusuf Rizaldi. Yusuf menyerahkan diri ke Polsek Pangkalan Susu, Langkat, Sumatera Utara, Rabu (12/9/2012). Insiden ini juga menyebabkan Wahyu Ristanto alias Anwar, yang disebut-sebut mahir merakit bom, tewas akibat luka bakar.
Di Tambora, Jakarta, polisi menemukan bahan peledak pada Rabu (5/9/2012). Polisi memastikan, Muhamad Thorik (32), penghuni rumah tersebut, adalah pelaku teror. Terkait kepemilikan bahan peledak itu, polisi juga telah menangkap Arif pada Senin (10/9/2012). Arif diduga memiliki kedekatan dengan Thorik dan terduga teroris lainnya di Beji, Depok.
"BH dan RK adalah tokoh penting dari kelompok ini yang namanya (kelompok teror) belum kita dapat. BH sendiri itu yang mengajari Thorik (merakit mom)," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jendral (Pol) Boy Rafli Amar di gedung Bhayangkari Mabes Polri, Jakarta, Sabtu (22/9/2012).
Boy menambahkan, BH adalah pemimpin kelompok teror tersebut. Selain itu, berdasarkan segi usia kedua orang itu yang telah matang sebagai petinggi kelompok teroris. Keterangan yang dihimpun baik dari Thorik, Jusuf Rizaldi, maupun Arif, BH dan RK merupakan petinggi kelompok mereka.
Berdasarkan catatan Polri, dua orang itu telah malang melintang dalam pelatihan teroris di Poso. Sedangkan, tugas dari BK dan RK yang ditangkap di Solo tersebut, terangnya, adalah merekrut pelaku bom bunuh diri, membuat dan berbelanja untuk membuat bom rakitan. Sementara itu enam terduga teroris lainnya berperan dalam menyimpan dan merakit bom.
"Mereka (8 terduga teroris yang diringkus di Solo) dipastikan merupakan kelompok yang terkait bom yang ada di Beji maupun Tambora, yang ada di rumah saudara Thorik. Jadi ini mereka merupakan orang-orang yang pernah dilakukan upaya penangkapan tapi berhasil meloloskan diri saat dilakukan penggerebekan di tempat pelatihan teror di Poso, beberapa bulan lalu," tambahnya.
Boy Rafli menjelaskan, selain di Beji dan Tambora, mereka juga merencanakan aksi teror di Bojong Gede, Jawa Barat. Mereka diketahui hadir di Bojong Gede. Berdasarkan hal tersebut, kemudian dilakukan penelusuran.
Dijelaskan oleh Boy Rafli, mereka yang diringkus di Solo, Sabtu (22/9/2012) hari ini, memiliki peran yang lebih besar dari sebagian rencana aksi teror yang direncanakan Beji dan Tambora.
Untuk sementara ini, belum satupun dari kedelapan terduga teroris itu yang dibawa ke Jakarta karena masih masih diperiksa di daerah Jawa Tengah. Dia mengatakan, diperkirakan dalam dua sampai tiga hari mendatang mereka masih di Jawa Tengah untuk menuntaskan proses pemeriksaan. "Selain itu, juga masih dilakukan olah TKP (tempat kejadian perkara) untuk melakukan pencarian terhadap barang bukti yang dimiliki terduga teroris itu," pungkasnya.
Sepanjang Agustus-September, kepolisian telah menggeledah, menangkap, serta menembak mati sejumlah terduga teroris di Jakarta, Bandung, Bojong, Depok, dan Solo. Direktur Eksekutif Yayasan Prasasi Perdamaian Noor Huda Ismail mencatat, setidaknya 600 tersangka teroris telah ditangkap aparat dan mereka ini telah diproses secara hukum dengan terbuka.
Di Solo, polisi menembak mati Farhan dan Mukhsin, pada 31 Agustus 2012. Keduanya diduga bagian dari kelompok jaringan teroris besar dan berbahaya. Kelompok ini terbentuk dari jaringan kelompok pelaku bom bunuh diri di Masjid Ad-Dzikro, Cirebon, dan Gereja Bethel Injil Sepenuh, Solo.
Polisi juga menangkap satu terduga teroris, Bayu , di Desa Bulurejo, Gondangrejo, Karanganyar. Terkait insiden ledakan di Depok, polisi telah menahan Yusuf Rizaldi. Yusuf menyerahkan diri ke Polsek Pangkalan Susu, Langkat, Sumatera Utara, Rabu (12/9/2012). Insiden ini juga menyebabkan Wahyu Ristanto alias Anwar, yang disebut-sebut mahir merakit bom, tewas akibat luka bakar.
Di Tambora, Jakarta, polisi menemukan bahan peledak pada Rabu (5/9/2012). Polisi memastikan, Muhamad Thorik (32), penghuni rumah tersebut, adalah pelaku teror. Terkait kepemilikan bahan peledak itu, polisi juga telah menangkap Arif pada Senin (10/9/2012). Arif diduga memiliki kedekatan dengan Thorik dan terduga teroris lainnya di Beji, Depok.
Berita terkait aksi teror dapat diikuti dalam topik "Teroris Solo II". Baca pula "Teroris Solo", "Ledakan di Depok", dan "Bahan Peledak di Tambora", dan "Teroris di Bojong"
Langganan:
Postingan (Atom)