JAKARTA, KOMPAS.com - Delapan terduga teroris yang diringkus Polisi di Solo, Jawa Tengah, pada hari ini, Sabtu (22/9/2012), memiliki hubungan dengan teroris Muhammad Thorik dan Wahyu Ristanto. Dua dari delapan terduga teroris tersebut adalah petinggi aksi teror kelompok teroris yang merencanakan aksi teror untuk menyerang berbagai fasilitas milik Polri.
"BH dan RK adalah tokoh penting dari kelompok ini yang namanya (kelompok teror) belum kita dapat. BH sendiri itu yang mengajari Thorik (merakit mom)," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jendral (Pol) Boy Rafli Amar di gedung Bhayangkari Mabes Polri, Jakarta, Sabtu (22/9/2012).
Boy menambahkan, BH adalah pemimpin kelompok teror tersebut. Selain itu, berdasarkan segi usia kedua orang itu yang telah matang sebagai petinggi kelompok teroris. Keterangan yang dihimpun baik dari Thorik, Jusuf Rizaldi, maupun Arif, BH dan RK merupakan petinggi kelompok mereka.
Berdasarkan catatan Polri, dua orang itu telah malang melintang dalam pelatihan teroris di Poso. Sedangkan, tugas dari BK dan RK yang ditangkap di Solo tersebut, terangnya, adalah merekrut pelaku bom bunuh diri, membuat dan berbelanja untuk membuat bom rakitan. Sementara itu enam terduga teroris lainnya berperan dalam menyimpan dan merakit bom.
"Mereka (8 terduga teroris yang diringkus di Solo) dipastikan merupakan kelompok yang terkait bom yang ada di Beji maupun Tambora, yang ada di rumah saudara Thorik. Jadi ini mereka merupakan orang-orang yang pernah dilakukan upaya penangkapan tapi berhasil meloloskan diri saat dilakukan penggerebekan di tempat pelatihan teror di Poso, beberapa bulan lalu," tambahnya.
Boy Rafli menjelaskan, selain di Beji dan Tambora, mereka juga merencanakan aksi teror di Bojong Gede, Jawa Barat. Mereka diketahui hadir di Bojong Gede. Berdasarkan hal tersebut, kemudian dilakukan penelusuran.
Dijelaskan oleh Boy Rafli, mereka yang diringkus di Solo, Sabtu (22/9/2012) hari ini, memiliki peran yang lebih besar dari sebagian rencana aksi teror yang direncanakan Beji dan Tambora.
Untuk sementara ini, belum satupun dari kedelapan terduga teroris itu yang dibawa ke Jakarta karena masih masih diperiksa di daerah Jawa Tengah. Dia mengatakan, diperkirakan dalam dua sampai tiga hari mendatang mereka masih di Jawa Tengah untuk menuntaskan proses pemeriksaan. "Selain itu, juga masih dilakukan olah TKP (tempat kejadian perkara) untuk melakukan pencarian terhadap barang bukti yang dimiliki terduga teroris itu," pungkasnya.
Sepanjang Agustus-September, kepolisian telah menggeledah, menangkap, serta menembak mati sejumlah terduga teroris di Jakarta, Bandung, Bojong, Depok, dan Solo. Direktur Eksekutif Yayasan Prasasi Perdamaian Noor Huda Ismail mencatat, setidaknya 600 tersangka teroris telah ditangkap aparat dan mereka ini telah diproses secara hukum dengan terbuka.
Di Solo, polisi menembak mati Farhan dan Mukhsin, pada 31 Agustus 2012. Keduanya diduga bagian dari kelompok jaringan teroris besar dan berbahaya. Kelompok ini terbentuk dari jaringan kelompok pelaku bom bunuh diri di Masjid Ad-Dzikro, Cirebon, dan Gereja Bethel Injil Sepenuh, Solo.
Polisi juga menangkap satu terduga teroris, Bayu , di Desa Bulurejo, Gondangrejo, Karanganyar. Terkait insiden ledakan di Depok, polisi telah menahan Yusuf Rizaldi. Yusuf menyerahkan diri ke Polsek Pangkalan Susu, Langkat, Sumatera Utara, Rabu (12/9/2012). Insiden ini juga menyebabkan Wahyu Ristanto alias Anwar, yang disebut-sebut mahir merakit bom, tewas akibat luka bakar.
Di Tambora, Jakarta, polisi menemukan bahan peledak pada Rabu (5/9/2012). Polisi memastikan, Muhamad Thorik (32), penghuni rumah tersebut, adalah pelaku teror. Terkait kepemilikan bahan peledak itu, polisi juga telah menangkap Arif pada Senin (10/9/2012). Arif diduga memiliki kedekatan dengan Thorik dan terduga teroris lainnya di Beji, Depok.
"BH dan RK adalah tokoh penting dari kelompok ini yang namanya (kelompok teror) belum kita dapat. BH sendiri itu yang mengajari Thorik (merakit mom)," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jendral (Pol) Boy Rafli Amar di gedung Bhayangkari Mabes Polri, Jakarta, Sabtu (22/9/2012).
Boy menambahkan, BH adalah pemimpin kelompok teror tersebut. Selain itu, berdasarkan segi usia kedua orang itu yang telah matang sebagai petinggi kelompok teroris. Keterangan yang dihimpun baik dari Thorik, Jusuf Rizaldi, maupun Arif, BH dan RK merupakan petinggi kelompok mereka.
Berdasarkan catatan Polri, dua orang itu telah malang melintang dalam pelatihan teroris di Poso. Sedangkan, tugas dari BK dan RK yang ditangkap di Solo tersebut, terangnya, adalah merekrut pelaku bom bunuh diri, membuat dan berbelanja untuk membuat bom rakitan. Sementara itu enam terduga teroris lainnya berperan dalam menyimpan dan merakit bom.
"Mereka (8 terduga teroris yang diringkus di Solo) dipastikan merupakan kelompok yang terkait bom yang ada di Beji maupun Tambora, yang ada di rumah saudara Thorik. Jadi ini mereka merupakan orang-orang yang pernah dilakukan upaya penangkapan tapi berhasil meloloskan diri saat dilakukan penggerebekan di tempat pelatihan teror di Poso, beberapa bulan lalu," tambahnya.
Boy Rafli menjelaskan, selain di Beji dan Tambora, mereka juga merencanakan aksi teror di Bojong Gede, Jawa Barat. Mereka diketahui hadir di Bojong Gede. Berdasarkan hal tersebut, kemudian dilakukan penelusuran.
Dijelaskan oleh Boy Rafli, mereka yang diringkus di Solo, Sabtu (22/9/2012) hari ini, memiliki peran yang lebih besar dari sebagian rencana aksi teror yang direncanakan Beji dan Tambora.
Untuk sementara ini, belum satupun dari kedelapan terduga teroris itu yang dibawa ke Jakarta karena masih masih diperiksa di daerah Jawa Tengah. Dia mengatakan, diperkirakan dalam dua sampai tiga hari mendatang mereka masih di Jawa Tengah untuk menuntaskan proses pemeriksaan. "Selain itu, juga masih dilakukan olah TKP (tempat kejadian perkara) untuk melakukan pencarian terhadap barang bukti yang dimiliki terduga teroris itu," pungkasnya.
Sepanjang Agustus-September, kepolisian telah menggeledah, menangkap, serta menembak mati sejumlah terduga teroris di Jakarta, Bandung, Bojong, Depok, dan Solo. Direktur Eksekutif Yayasan Prasasi Perdamaian Noor Huda Ismail mencatat, setidaknya 600 tersangka teroris telah ditangkap aparat dan mereka ini telah diproses secara hukum dengan terbuka.
Di Solo, polisi menembak mati Farhan dan Mukhsin, pada 31 Agustus 2012. Keduanya diduga bagian dari kelompok jaringan teroris besar dan berbahaya. Kelompok ini terbentuk dari jaringan kelompok pelaku bom bunuh diri di Masjid Ad-Dzikro, Cirebon, dan Gereja Bethel Injil Sepenuh, Solo.
Polisi juga menangkap satu terduga teroris, Bayu , di Desa Bulurejo, Gondangrejo, Karanganyar. Terkait insiden ledakan di Depok, polisi telah menahan Yusuf Rizaldi. Yusuf menyerahkan diri ke Polsek Pangkalan Susu, Langkat, Sumatera Utara, Rabu (12/9/2012). Insiden ini juga menyebabkan Wahyu Ristanto alias Anwar, yang disebut-sebut mahir merakit bom, tewas akibat luka bakar.
Di Tambora, Jakarta, polisi menemukan bahan peledak pada Rabu (5/9/2012). Polisi memastikan, Muhamad Thorik (32), penghuni rumah tersebut, adalah pelaku teror. Terkait kepemilikan bahan peledak itu, polisi juga telah menangkap Arif pada Senin (10/9/2012). Arif diduga memiliki kedekatan dengan Thorik dan terduga teroris lainnya di Beji, Depok.
Berita terkait aksi teror dapat diikuti dalam topik "Teroris Solo II". Baca pula "Teroris Solo", "Ledakan di Depok", dan "Bahan Peledak di Tambora", dan "Teroris di Bojong"